Buat sebagian orang, terutama yang berpendapatan
menengah ke atas, jasa arsitek sangatlah penting saat merenovasi hunian. Juga
ketika membangun hunian dari nol. Lewat jasa-peran sang arsitek, apa yang
diinginkan pemilik hunian bisa terwujud dengan baik. Lewat jasa arsitek juga,
sang pemilik rumah mendapatkan saran tentang bagaimana sebaiknya keinginan itu
terwujud sekaligus selaras dengan kaidah-kaidah arsitektur.
Cara memilih arsitek bisa dibilang
gampang-gampang susah. Maklum, sebagian pemilik hunian belum secara pasti
mengetahui kriteria ideal memilih arsitek. Dalam hal itu, sebagian pemilik
hunian lebih mengandalkan rekomendasi dari mulut ke mulut—antara lain dari
seorang rekan.
Walau rekomendasi itu cukup jitu, tidak salah
bila pemilik hunian mengetahui poin-poin yang penting diketahui ketika memilih
arsitek. Agar apa yang diinginkan bisa terwujud. Tidak ada keluhan seperti
hunian yang sumpek karena sirkulasi udara yang berkurang, aspek keamanan
bangunan yang kurang, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa panduan dalam memilih
seorang arsitek.
1. Selain berdasarkan rekomendasi dari rekan, pilihlah
arsitek berdasarkan rekomendasi dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Pastikan bahwa si arsitek punya SKA (Sertifikat Keahlian Arsitek) yang
diberikan/diperpanjang dengan syarat-syarat ketat oleh IAI.
Lewat pemilikan SKA, arsitek telah memenuhi
syarat sesuai standar kompetensi nasional (SKA Madya) ataupun internasional
(SKA Pratama).
2. Mintalah contoh proyek yang pernah ditangani
si arsitek. Minta agar arsitek memberikan penjelasan rinci tentang
proyek itu agar keterlibatannya dalam proyek itu terbukti.
3. Pastikan bahwa arsitek itu akan
memberikan prioritas utama kepada proyek Anda. Bukan sekadar
menempatkan proyek Anda dalam urutan kesekian di prioritas kerja.
4. Tanyakan dengan rinci tentang sejumlah
hal. Antara lain, dalam firma/biro arsitek itu, siapa yang akan
menjadi penghubung? Siapa persisnya yang akan mendesain? Lantas, apa
langkah/proses yang akan diambil? Bagaimana proses itu akan dikerjakan? Apa
filosofi desain si arsitek? Punyakah ia pengalaman dalam menyusun RAB
(Rancangan Anggaran Biaya)?
5. Jangan lupa pula untuk menanyakan
standar biaya jasa/fee yang dipasang sang
arsitek. Sekadar contoh, ada arsitek yang pasang fee sekitar 1.5% sampai 5% dari nilai anggaran. Tanyakan pula, bila batas pekerjaan arsitek
berubah, apakah akan ada biaya tambahan? Bila ada, bagaimana perhitungannya?
6. Kenali dan pastikan gaya arsitektur
yang diinginkan di hunian Anda. Sesuaikah gaya arsitektur tersebut
dengan karakteristik sang arsitek? Bila sesuai, proses selanjutnya bisa
diteruskan.
7. Dan yang tak kalah penting adalah upaya
Anda untuk terus-menerus berdiskusi dengan sang arsitek. Itu agar ada
titik temu antara keinginan Anda dengan visi sang arsitek.
Semoga hunian yang Anda impikan melalui sentuhan
tangan arsitek bisa terwujud dengan sempurna.
Achmad Adhito/berbagai sumber
Foto: doc.net
Sumber : www.propertikita.com
ANGGAPAN ORANG
TENTANG FEE ARSITEK ITU MAHAL... BENARKAH ITU??
Masyarakat umum masih menganggap
fee Arsitek itu mahal dengan argumen bahwa:
- Tugas arsitek hanya menggambar denah, sehingga cukup tukang atau kontraktor sudah bisa membangun rumah.
- Sebagian orang juga beranggapan bahwa kita merasa cukup mampu menggambar denah rumah kita sendiri. Cukup gambar denah kemudian kita serahkan ke tukang maka rumahpun jadi.
- Kita merasa Arsitek hanya mencontoh gambar di majalah dan brosur.
- Kita paham bahwa, tugas arsitek justru memperkaya imajinasi rumah impian kita. Sehingga terkadang hasil desain sang arsitek melebihi harapan (impian) kita.
- Kita tahu bahwa, sang arsitek membantu membuat rumah yang nyaman, memiliki penghawaan & pencahayaan yang bagus (hemat energi), organisasi ruang yang baik sehingga penghuni merasa betah di rumah.
- Kita tahu bahwa dengan desain yang baik, rumah lebih menarik sehingga nilai tambah akan bisa dirasakan oleh pemilik rumah (added value).
- Kita tahu bahwa, rumah merupakan expresi pribadi... Dengan melihat rumahnya kita tahu karekater sang pemilik rumah. Ujung-ujungnya desain rumah yang bagus dapat menjadi kebanggan (prestige) sang pemilik rumah.
Mungkin 'kelebihan' diatas
sifatnya lebih "kualitatif"...bila kita termasuk orang yang perlu
"justifikasi" dalam rupiah, maka perhatikan bahwa :
Yang terpenting, biaya
pembangunan, justru sebenarnya akan lebih murah karena :
- Menghindarkan kesalahan desain, alias tidak ada bongkar-bongkar setelah terbangun. Tidak ada pekerjaan biaya repair & rework karena desain yang kurang sempurna.
- Rumah berfungsi dengan benar, sehingga tidak ada ruang yang tidak terpakai dan boros.
- Menghindari praktek "kontraktor nakal" (down grade spesifikasi material/ pekerjaan, mark up volume pekerjaan atau lainnya), karena arsitek umumnya mengerti mengenai biaya pembangunan yang ‘normal' (accountable). Hindari menyerahkan desain dan pengerjaan konstruksi rumah anda langsung kepada kontraktor, karena disitu akan berpotensi ketidakjelasan ruang lingkup pekerjaan (umumnya biaya additional work membengkak). Biasanya kontraktor akan menggratiskan desain arsiteknya, namun di sisi lain akan ambil untung pada item pekerjaan lain.
Sudah banyak beberapa contoh dari
Customer yang datang ke kami pada saat pelaksanaan konstruksi telah berlangsung.
Customer sadar ternyata banyak kesalahan di lapangan (sistem coba-coba / bongar
pasang) sehingga menghasilkan bentuk fasad yang aneh dan cenderung kaku...
Sehingga Customer menyadari bahwa sudah banyak cost dan waktu yang terbuang
percuma bila tanpa minta bantuan arsitek yang profesional & handal. Kalau dihitung biaya pemborosan karena kegagalan
(repair/ rework) bisa mencapai 20% dari biaya konstruksi, sedangkan biaya
desain arsitek maksimal 2.5% dari biaya konstruksi.
Sekarang, murah atau mahalkah fee arsitek menurut
anda?...
Sumber : Berbagai sumber di internet.
Lihat Posting terkait "Cara Pesan & Biaya Desain"..
Sumber : Berbagai sumber di internet.
Lihat Posting terkait "Cara Pesan & Biaya Desain"..
Terima kasih atas artikelnya. Kalau boleh saya tambahkan krn kebetulan sy jg seorang arsitek, dalam memilih arsitek kebanyakan owner lebih suka dgn arsitek yg aktif dan komunikatis. Mereka kurang suka dgn arsitek yg menjawab kalau hanya ditanya sj, seperti dokter kebanyakan...he.he..he...(maaf ya dok...) Hal ini sy ketahui dari beberpa client yg pernah sy tangani project rumahnya.
BalasHapusMungkin itu sj tambahan dari sy. Mhn maaf ngga bisa panjang2 krn ditulis disela2 jam kerja di kantor :)
Salam sukses ya mbak Ira Lustyowati, salam kenal dari Eva.
Wassalam,
Eva
(bekerja di Arsitek Online )
Terimakasih inputannya Mbak Eva... Salam kenal dan sukses selalu untuk Mbak Eva..
BalasHapus