Sabtu, 10 Maret 2012

Cara Memilih Arsitek Rumah


Buat sebagian orang, terutama yang berpendapatan menengah ke atas, jasa arsitek sangatlah penting saat merenovasi hunian. Juga ketika membangun hunian dari nol. Lewat jasa-peran sang arsitek, apa yang diinginkan pemilik hunian bisa terwujud dengan baik. Lewat jasa arsitek juga, sang pemilik rumah mendapatkan saran tentang bagaimana sebaiknya keinginan itu terwujud sekaligus selaras dengan kaidah-kaidah arsitektur.

Cara memilih arsitek bisa dibilang gampang-gampang susah. Maklum, sebagian pemilik hunian belum secara pasti mengetahui kriteria ideal memilih arsitek. Dalam hal itu, sebagian pemilik hunian lebih mengandalkan rekomendasi dari mulut ke mulut—antara lain dari seorang rekan.

Walau rekomendasi itu cukup jitu, tidak salah bila pemilik hunian mengetahui poin-poin yang penting diketahui ketika memilih arsitek. Agar apa yang diinginkan bisa terwujud. Tidak ada keluhan seperti hunian yang sumpek karena sirkulasi udara yang berkurang, aspek keamanan bangunan yang kurang, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa panduan dalam memilih seorang arsitek.

1. Selain berdasarkan rekomendasi dari rekan, pilihlah arsitek berdasarkan rekomendasi dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia). Pastikan bahwa si arsitek punya SKA (Sertifikat Keahlian Arsitek) yang diberikan/diperpanjang dengan syarat-syarat ketat oleh IAI.
Lewat pemilikan SKA, arsitek telah memenuhi syarat sesuai standar kompetensi nasional (SKA Madya) ataupun internasional (SKA Pratama).





2. Mintalah contoh proyek yang pernah ditangani si arsitek. Minta agar arsitek memberikan penjelasan rinci tentang proyek itu agar keterlibatannya dalam proyek itu terbukti.

3. Pastikan bahwa arsitek itu akan memberikan prioritas utama kepada proyek Anda. Bukan sekadar menempatkan proyek Anda dalam urutan kesekian di prioritas kerja.

4. Tanyakan dengan rinci tentang sejumlah hal. Antara lain, dalam firma/biro arsitek itu, siapa yang akan menjadi penghubung? Siapa persisnya yang akan mendesain? Lantas, apa langkah/proses yang akan diambil? Bagaimana proses itu akan dikerjakan? Apa filosofi desain si arsitek? Punyakah ia pengalaman dalam menyusun RAB (Rancangan Anggaran Biaya)?

5. Jangan lupa pula untuk menanyakan standar biaya jasa/fee yang dipasang sang arsitek. Sekadar contoh, ada arsitek yang pasang fee sekitar 1.5% sampai 5% dari nilai anggaran. Tanyakan pula, bila batas pekerjaan arsitek berubah, apakah akan ada biaya tambahan? Bila ada, bagaimana perhitungannya?

6. Kenali dan pastikan gaya arsitektur yang diinginkan di hunian Anda. Sesuaikah gaya arsitektur tersebut dengan karakteristik sang arsitek? Bila sesuai, proses selanjutnya bisa diteruskan.

7. Dan yang tak kalah penting adalah upaya Anda untuk terus-menerus berdiskusi dengan sang arsitek. Itu agar ada titik temu antara keinginan Anda dengan visi sang arsitek.

Semoga hunian yang Anda impikan melalui sentuhan tangan arsitek bisa terwujud dengan sempurna.


Achmad Adhito/berbagai sumber
Foto: doc.net
Sumber : www.propertikita.com



ANGGAPAN ORANG TENTANG FEE ARSITEK ITU MAHAL... BENARKAH ITU??

Masyarakat umum masih menganggap fee Arsitek itu mahal dengan argumen bahwa:
  • Tugas arsitek hanya menggambar denah, sehingga cukup tukang atau kontraktor sudah bisa membangun rumah.
  • Sebagian orang juga beranggapan bahwa kita merasa cukup mampu menggambar denah rumah kita sendiri. Cukup gambar denah kemudian kita serahkan ke tukang maka rumahpun jadi.
  • Kita merasa Arsitek hanya mencontoh gambar di majalah dan brosur.
Namun demikian, sebenarnya fee arsitek bisa dirasakan sangat murah bila kita memahami permasalahan sebagai berikut :
  1. Kita paham bahwa, tugas arsitek justru memperkaya imajinasi rumah impian kita. Sehingga terkadang hasil desain sang arsitek melebihi harapan (impian) kita.
  2. Kita tahu bahwa, sang arsitek membantu membuat rumah yang nyaman, memiliki penghawaan & pencahayaan yang bagus (hemat energi), organisasi ruang yang baik sehingga penghuni merasa betah di rumah.
  3. Kita tahu bahwa dengan desain yang baik, rumah lebih menarik sehingga nilai tambah akan bisa dirasakan oleh pemilik rumah (added value).
  4. Kita tahu bahwa, rumah merupakan expresi pribadi... Dengan melihat rumahnya kita tahu karekater sang pemilik rumah. Ujung-ujungnya desain rumah yang bagus dapat menjadi kebanggan (prestige) sang pemilik rumah.
Mungkin 'kelebihan' diatas sifatnya lebih "kualitatif"...bila kita termasuk orang yang perlu "justifikasi" dalam rupiah, maka perhatikan bahwa :

Yang terpenting, biaya pembangunan, justru sebenarnya akan lebih murah karena :
  1. Menghindarkan kesalahan desain, alias tidak ada bongkar-bongkar setelah terbangun. Tidak ada pekerjaan biaya repair & rework karena desain yang kurang sempurna.
  2. Rumah berfungsi dengan benar, sehingga tidak ada ruang yang tidak terpakai dan boros.
  3. Menghindari praktek "kontraktor nakal" (down grade spesifikasi material/ pekerjaan, mark up volume pekerjaan atau lainnya), karena arsitek umumnya mengerti mengenai biaya pembangunan yang ‘normal' (accountable). Hindari menyerahkan desain dan pengerjaan konstruksi rumah anda langsung kepada kontraktor, karena disitu akan berpotensi ketidakjelasan ruang lingkup pekerjaan (umumnya biaya additional work membengkak). Biasanya kontraktor akan menggratiskan desain arsiteknya, namun di sisi lain akan ambil untung pada item pekerjaan lain.

Sudah banyak beberapa contoh dari Customer yang datang ke kami pada saat pelaksanaan konstruksi telah berlangsung. Customer sadar ternyata banyak kesalahan di lapangan (sistem coba-coba / bongar pasang) sehingga menghasilkan bentuk fasad yang aneh dan cenderung kaku... Sehingga Customer menyadari bahwa sudah banyak cost dan waktu yang terbuang percuma bila tanpa minta bantuan arsitek yang profesional & handal.  Kalau dihitung biaya pemborosan karena kegagalan (repair/ rework) bisa mencapai 20% dari biaya konstruksi, sedangkan biaya desain arsitek maksimal 2.5% dari biaya konstruksi.

Sekarang, murah atau mahalkah fee arsitek menurut anda?...

Sumber : Berbagai sumber di internet.

Lihat Posting terkait "Cara Pesan & Biaya Desain"..

2 komentar:

  1. Terima kasih atas artikelnya. Kalau boleh saya tambahkan krn kebetulan sy jg seorang arsitek, dalam memilih arsitek kebanyakan owner lebih suka dgn arsitek yg aktif dan komunikatis. Mereka kurang suka dgn arsitek yg menjawab kalau hanya ditanya sj, seperti dokter kebanyakan...he.he..he...(maaf ya dok...) Hal ini sy ketahui dari beberpa client yg pernah sy tangani project rumahnya.

    Mungkin itu sj tambahan dari sy. Mhn maaf ngga bisa panjang2 krn ditulis disela2 jam kerja di kantor :)
    Salam sukses ya mbak Ira Lustyowati, salam kenal dari Eva.

    Wassalam,
    Eva
    (bekerja di Arsitek Online )

    BalasHapus
  2. Terimakasih inputannya Mbak Eva... Salam kenal dan sukses selalu untuk Mbak Eva..

    BalasHapus